Situs Blog Berita, Ya Blogger Berita Indonesia.

Senin, 13 Mei 2019

Ramadan Asyik ala Lady Bikers Bersama Para Penyandang Autis

Para anggota LBI tengah bercengkerama dengan anak-anak panti asuhan Rumah Azaki Foto: AKURAT.CO/Endra Prakoso | AKURAT.CO/Endra Prakoso Sumber Foto: akurat.co
Jarum jam menunjukkan pukul 14.30 WIB saat para anggota komunitas Lady Bikers Indonesia (LBI) memulai briefing di taman sekitaran Graha Cijantung, Jakarta Timur. LBI akan melakukan riding bersama menuju Panti Asuhan Anak Yatim, Dhuafa dan Autis Rumah Azaki.
Di sana, LBI akan mengadakan kegiatan santunan sekaligus buka puasa bersama. Sebelum berangkat, rombongan berjumlah 40 orang lebih itu juga mengecek kelengkapan keselamatan berkendara, seperti helm, jaket, sarung tangan dan pelindung lutut.
Sebanyak 20 motor yang terdiri dari jenis skutik, naked bike dan sport riding bersama menuju panti asuhan yang terletak di kawasan Bogor, Jawa Barat. Para bikers wanita ini tampak begitu luwes berkendara.
Presiden LBI, Inuk Blazer, bahkan tak segan membetot gas motor RX King yang ia kendarai. Sesekali, wanita berambut panjang itu tampak ikut mengatur laju motor rombongan, serta memberi isyarat khusus kepada para bikers.
Rombongan sempat berhenti setelah beberapa bikers terpisah saat menjumpai kemacetan di sekitar fly over Cibinong. Setelah hampir satu jam perjalanan, rombongan memasuki gang kecil yang menjadi lokasi panti asuhan. Rupanya, sejumlah bikers yang tak ikut dalam rombongan telah tiba di lokasi beberapa jam sebelumnya. Mereka berangkat lebih dulu untuk mengantar donasi berupa barang kebutuhan pokok.
Ketika masuk, rombongan disambut belasan anak-anak penghuni panti yang berkumpul di ruang tengah. Tak lama kemudian, LBI melakukan penyerahan santunan secara simbolik kepada perwakilan pengurus panti Rumah Azaki. Total donasi senilai Rp15 Juta dengan Rp10 Juta di antaranya berupa uang tunai. Sementara, kebutuhan pokok yang diserahkan berupa popok, sabun, pasta gigi, karpet, bahan makanan, mainan dan pakaian.
Perwakilan panti, Suyatno, mengatakan saat ini panti bisa menampung 21 anak dengan 12 di antaranya menginap dan 9 sisanya pulang-pergi. Menurutnya, Rumah Azaki menjadi tempat tidur dan belajar dari anak-anak yang mereka asuh. Hal itu ia ungkapkan untuk menggambarkan kondisi panti dengan 8 pengurus yang sedikit berantakan.
Dipuasakan
Suyatno menjelaskan, rentang usia anak-anak yang diasuhnya antara 6 sampai 29 tahun. Mereka dititipkan dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda. Rata-rata, kondisi orang tua anak-anak tersebut memiliki masalah alias broken home.
"Biasanya anak-anak ini kebanyakan emang bapaknya yang meninggalkan ibunya, jadi anak-anak ini ama ibunya. Tapi ada juga sebagian lengkap (namun) karena posisinya mereka enggak mampu untuk mendidik, akhirnya dititipin di sini," ujar Suyatno kepada AkuratOtomotif di lokasi, Minggu (12/5).
Selain broken home dan ekonomi orang tua yang lemah, beberapa anak-anak juga menyandang autisme. Namun menurut Suyatno, mereka sesekali mampu berbicara seperti biasa.
Ia mencontohkan salah seorang anak yang paling besar, dimana awalnya autis namun kini telah paham berkomunikasi secara normal. Suyatno menuturkan keseharian anak-anak tersebut diisi dengan kegiatan pendidikan terapi, kemandirian dan akademik.
"Jadi, kalau hari Senin, Rabu, Jumat itu biasanya setelah beres bersih-bersih Shalat Dhuha. Setelahnya mereka Tahsin, kalau enggak ya Makhorijul Huruf untuk melatih mulut," terang Suyatno.
Selain itu, anak-anak panti juga diajak keluar sekitar komplek dan lapangan. Sementara untuk asupan, anak-anak autis menurutnya tidak makan makanan yang mengandung terigu dan penyedap rasa, dan tidak minum susu.
Hal itu bagian daripada diet yang diterapkan untuk mendukung terapi dasar, yakni anak yang masih kecil dan belum pernah diterapi oleh orang tua. Suyatno juga mengatakan di bulan Ramadan ini, anak-anak asuhnya "dipuasakan".
Lady Bikers Indonesia. AKURAT.CO/Endra Prakoso
Bagi anak yang masih kecil, puasa diterapkan sampai waktu Ashar sekitar jam 4 untuk kemudian segera berbuka. Namun, waktu sahur anak-anak juga kadang pada jam 6 pagi, atau ketika mereka terbangun.
"Jadi enggak dari sebelum subuh. Tapi kalau yang besar tetap sampai magrib, dipuasakan mereka," ungkap Suyatno.
Ingin Jadi Pebalap
Salah seorang anak autis berinisial N yang berasal dari Malang, Jawa Timur juga kesulitan berbicara karena logat yang masih "medok". Ia hanya tersenyum ketika ditanyai perasaan disambangi anggota LBI.
Sementara anak lain berinisial Y merespon dengan mengangguk tanda senang. Ia bahkan menjawab lantang ketika ditanya apakah ingin menjadi seorang bikers dan pebalap.
"Ya," sahutnya keras.
Mereka juga tidak segan diajak bercanda oleh para anggota LBI. Beberapa anggota bahkan tampak menyuapi anak-anak tersebut ketika tiba waktu mereka berbuka.
Asyiknya cengkerama yang terjalin seakan mampu melupakan sejenak problematika yang dialami para anak-anak. Sementara Inuk mengaku miris mendengar orang tua anak-anak tersebut yang tidak ingin mengurus.
"Padahal, mereka dikasih ruh sama Allah. Kita harus membantu dan menyayangi mereka juga," pungkasnya.
Kegiatan santunan dilanjutkan dengan Kultum oleh ustadz setempat dan diakhiri berbuka puasa bersama.
Sumber: akurat.co
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Blog Archive