Presiden Joko Widodo menghadiri penyerahan sertifikat hak atas tanah untuk rakyat di Taman Budaya Kulon Progo, Pengasih, Kulon Progo, DIY, Jumat (31/1/2020) | AKURAT.CO/Kumoro Damarjati
|
Presiden Joko Widodo menghadiri penyerahan sertifikat hak atas tanah untuk rakyat di Taman Budaya Kulon Progo, Pengasih, Kulon Progo, DIY, Jumat (31/1). Pada kesempatan itu, eks Wali Kota Solo tersebut juga memberikan wejangan perihal pemanfaatan Sertifikat Tanah.
Di depan sekitar dua ribuan penerima sertifikat, presiden yang karib disapa Jokowi itu mempersilakan sertifikat yang baru saja diberikan untuk dipakai sebagai jaminan pinjaman atau agunan bank.
"Kalau sertifikatnya sudah jadi, pasti pingin disekolahkan. Nggeh mboten? Mboten nopo-nopo disekolahkan. Mau dipakai untuk agunan ke bank, jaminan ke bank, tidak apa-apa," kata Jokowi, Jumat.
Namun, sebelum dipakai untuk keperluan tersebut, Jokowi meminta para penerima sertifikat itu untuk cermat terlebih dahulu.
"Dihitung, mau pinjam berapa. Mau ke bank mana. Jangan baru dapat sertifikat langsung keluar dari sini langsung ke bank. Pinjam Rp200 juta. Jangan gitu," imbuhnya.
"Dihitung, direncanakan untuk apa. Bisa mengangsur atau tidak. Bisa nyicil atau tidak," sambungnya.
AKURAT.CO/Kumoro Damarjati
|
Dia pun lantas meminta sejumlah penerima sertifikat untuk naik ke panggung. Satu di antaranya adalah Suhartati, warga Pundong, Bantul.
Kepada Jokowi, Suhartati yang mengaku memiliki tanah seluas 330 meter persegi mengaku bakal menggunakan sertifikatnya sebagai jaminan pinjaman ke bank. Dirinya mengatakan, ingin meminjam Rp5 juta untuk modal usaha warung sembakonya.
"Sembakonya apa," tanya Jokowi.
"Beras, gula, minyak," jawab Suhartati.
Jokowi lantas menanyakan, apakah Suhartati telah memiliki bangunan untuk warungnya. Ia menjawab belum dan baru berencana mendirikannya.
"Berarti baru, terus nanti bikin warungnya gimana?" tanya Jokowi lagi.
"Bikin warung pakai apa? Material? Materialnya didapat dari mana? Beli, nggeh? Rp5 juta cukup nopo mboten?" cecar Jokowi disambut senyum kecut Suhartati.
Oleh karenanya, Jokowi meminta Suhartati kembali mencermati perencanaanya itu. Dia menyarankan agar warganya itu menghitung ulang secara lebih hati-hati.
"Saya titip semua dihitung hati-hati. Pinjem ke bank itu harus ada itungannya. Harus ada perencanaannya. Pinjam Rp5 juta itu nyicil (mengangsur) sebulannya berapa. Oh segini, dihitung. Untuk beras sekian, gula minyak sekian. Oh masuk, baru saya pinjem," tegasnya.
Mendengar saran Jokowi itu, Suhartati mengangguk-angguk dan kemudian mengubah rencananya. "Nanti warungnya di dalam rumah dulu," katanya.
"Jualan warung di rumah dulu, ya bisa juga," timpal Jokowi.
Sumber: akurat.co