Situs Blog Berita, Ya Blogger Berita Indonesia.

Senin, 27 Mei 2019

Pertama dalam Sejarah, Kaum LGBT Muslim Memimpin Parade di Inggris

Saima Razzaq (kiri) bersama partisipan "Birmingham Pride Festival" menjadi salah satu muslim pro-LGBT yang ikut menyuarakan dukungannya kepada para kaum LGBT serta penerapan tentang pendidikan kesetaraan LGBT di sekolah-sekolah Inggris. | BarfiCulture
Birmingham Pride Festival kali ini nampak lebih menonjol. Festival Kebanggaan Birmingham tahun ini terlihat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini, salah satu festival gay tahunan terbesar di Inggris tersebut dipimpin oleh komunitas muslim pro-LGBT. Bahkan dalam sejarah 22 tahun penyelenggarannya, kaum minoritas muslim LGBT akhirnya mampu menjadi wakil parade.
Dilansir Metro Sabtu (25/5), bersama dengan para partisipan Birmingham Pride lainnya, kerumuman muslim pro LGBTberamai-ramai menyerukan tema 'Love Out Loud' (Serukan Cinta) sebagai bentuk dukungan mereka untuk kaum LGBT. Dengan tema tersebut, para partisipan parade ingin menobatkan diri mereka sebagai wakil atas persamaan, visibilitas (penunjukkan diri), serta cinta universal.
Gerakan mengejutkan dari muslim pro-LGBT ini juga seakan-akan menjadi aksi 'balasan' atas berbagai protes dari orang tua muslim yang menentang pendidikan dan kesetaraan LGBT di sekolah-sekolah Inggris.
Sebelumnya pada pertengahan Mei lalu, para orang tua muslim di seluruh penjuru Inggris menyatakan keberatannya atas kurikulum tentang Relationships and Sex Education (RSE) (Hubungan dan Pendidikan Seks) serta LGBT Equality (Kesetaraan LGBT) yang rencananya akan dicanangkan pemerintah tahun 2020. Protes mulai digelar di Birmingham, dan kaum muslim terutama muslim konservatif beramai-ramai mengirimkan surat protes kepada sekolah-sekolah di Inggris. Mereka menyebut pendidikan tersebut sebagai sebagai 'dakwah cara hidup dengan homoseksual'.
Melalui Festival Birmingham Pride 2019, komunitas muslim pro-LGBT juga turut menyuarakan dukungannya kepada Andrew Moffat, seorang guru sekaligus penerima Global Teacher Prize yang mengawali ide tentang pendidikan hubungan dan kesetaraan LGBT. Diketahui pada tahun 2014, Moffat harus mengundurkan diri dari sekolahnya di Birmingham karena para orang tua yang keberatan dengan idelogi serta identitas Moffat sebagai seorang gay.
Aksi solidaritas pro-LGBT tersebut juga melibatkan Saima Razzaq, seorang simpatisan gerakan 'Supporting Education of Equality and Diversity in Schools (SEEDS)' (Dukungan Kesetaraan Pendidikan dan Keberagaman di Sekolah). Kepada awak media, Razzaq mengungkapkan pentingnya kaum LGBT untuk berani menunjukkan diri di tengah-tengah masyarakat.
"Untuk saya, sebagai seorang muslim lesbian, penunjukkan diri sangatlah penting. Itu (bahkan) lebih penting dari sebelumnya. Kita perlu menunjukkan bahwa kita ada. Para generasi muda menderita kesehatan mental (karena tidak berani menunjukkan diri). Mereka perlu melihat kita dan tahu bahwa mereka (kaum LGBT) tidak sendirian. Saya ingin menunjukkan bahwa kamu bisa menjadi dirimu sendiri, kamu tidak perlu meninggalkan keyakinanmu serta keluargamu," ucap Razzaq.
Razzaq juga berharap bahwa aksinya ini bisa mengurangi angka kematian karena isu LGBT di komunitas Asia Selatan. Razzaq juga bependapat bahwa setiap orang tidak bisa hidup atau tumbuh dengan rasa malu (karena menjadi LGBT).[]
Sumber: akurat.co
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Blog Archive