Situs Blog Berita, Ya Blogger Berita Indonesia.

Jumat, 19 April 2019

Cerita Harris Lee Korban Pelemparan Tinja yang Berbeda Pilihan Politik

Harris Lee korban yang kediamannya dilempar kotoran manusia berfoto di depan pagar rumah dikawasan Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat, Sabtu (20/4/2019) | AKURAT.CO/Gerdiansyah | Sumber Foto: akurat.co
Harris Lee mungkin satu dari sekian banyak korban dari perbedaan politik di Indonesia. Namanya mencuat seketika setelah kediamannya di Duri Selatan dilempari kotoran manusia. Aksi pelemparan tinja dilatar belakangi kekesalan warga yang berbeda pilihan politik.
Kepada AKURAT.CO, Harris menceritakan sejumlah peristiwa yang dialaminya. Bukan hanya kali ini kejadian tidak mengenakan itu terjadi. Berbedanya pilihan politik sejak 2012 silam membuat Harris harus ekstra sabar.
Berawal dari masuknya Joko Widodo ke Ibu Kota. Pencalonan mantan Wali Kota Solo itu membuat lingkungannya ‘gerah’. Harris mengakui jika warga sekitar rumahnya merupakan pendukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“Saya melihatnya ini akumulasi. Sejak Pilgub 2012 Jokowi sama Ahok kan. Dari saat itu yang tadinya mereka dengan saya say hello malah jadi enggak nyapa,” ungkap pria 67 tahun itu.
Pilihannya saat itu adalah mendukung Joko Widodo memimpin Jakarta bersama dengan Basuki Tjahja Purnama. Malahan Harris mendengar celotehan tetangga yang tidak suka jika Ahok memimpin Jakarta.
“Saat itu mulai ketidaksenangan mereka dan selalu seperti bilang gini, ‘kafir tidak bisa dan tidak berhak memimpin Indonesia’. Saat itu ya, 2012. Orang yang bilang gitu malah udah almarhum,” tambahnya.
Dua tahun berselang Jokowi dipilih partai pengusung, PDI Perjuangan, untuk melenggang maju pada putaran Pilpres 2014. Ketidaksukaan warga terhadap sosok mantan DKI 1 itu makin ketara. Harris menegaskan, warga sekitar rumahnya kadung tidak suka dengan Jokowi.
“Saya sebagai relawan, kita mengerti demokrasi, hal yang menyangkut perbedaan kita juga ga peduli kan. Apalagi saya ga pernah, mengasut dia juga. Lu pilih Jokowi! Kan enggak gitu, masing-masing aja,” paparnya.
Menurutnya, obrolan warung kopi tentang pemimpin menjadi perbincangan yang hangat. Jika bertemu dengan yang sepaham, Harris mengaku leluasa untuk bicara. Namun jika bertemu dengan yang tidak, mereka acap kali mengumbar masalah hutang negara.
“Kita gak bisa melayani yang seperti itu, ya udah diem kan,” aku Harris.[]
Sumber: akurat.co
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Blog Archive