 |
| Tentara militer Sudan terlihat ketika para demonstran menghadiri protes yang menuntut Presiden Sudan Omar Al-Bashir untuk mundur di luar kementerian pertahanan di Khartoum, Sudan 8 April 2019. | REUTERS / Stringer |
Setidaknya 14 orang tewas dalam kelanjutan demonstrasi di Sudan. Kematian belasan orang tersebut terjadi ketika aparat berusaha membubarkan demonstran yang berunjuk rasa di luar markas militer di Khartoum. Polisi menggunakan gas air mata, peluru karet dan tembakan langsung untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Total 22 orang tewas sejak akhir pekan, 5 orang di antaranya merupakan tentara. Komite Dokter Sudan mengatakan sebanyak 153 orang terluka akibat demonstrasi sejak Sabtu (6/4) lalu.
Protes antipemerintah dipicu oleh keterpurukan ekonomi dan panjangnya kekuasaan Presiden Omar al-Bashir. Para demonstran meminta Bashir untuk mundur dari tampuk kekuasaan. Ini adalah pertama kalinya demonstran menuntut tentara untuk meninggalkan presiden. Para aktivis dikabarkan mengundang para pemimpin untuk bertemu dan berdiskusi. Namun tuntutan para aktivis ditolak oleh militer. Mayor Jenderal Ahmed Khalifa al Shami mengatakan bahwa militer tidak ada hubungannya dengan politik.
Merujuk pada rekaman yang beredar, demonstran di Sudan menggelar aksi duduk di depan pintu masuk markas militer tempat mereka berdemonstrasi. Amnesty International mengatakan pihak berwenang di Khartoum menutup pasokan air ke tempat demonstrasi dan menggeledah kendaraan-kendaraan para demonstran dan apabila ditemukan makanan atau air maka tentara akan menyitanya.
"Langkah oleh pihak berwenang untuk mencoba membuat para demonstran kelaparan dan menolak akses mereka ke komunikasi adalah upaya yang jelas untuk membungkam dan menyangkal hak asasi para demonstran," kata Joan Nyanyuki, direktur Amnesty Internasional untuk regiona Afrika, dilansir dari laman Sky News (10/4).
Tidak ada komentar apapun dari pemerintah sejauh ini.[]
Sumber: akurat.co
0 komentar:
Posting Komentar