![]() |
Paus Fransiskus dalam pidatonya menyebut menjaga lingkungan lebih penting dari perang | REUTERS
|
Paus Fransiskus telah memutuskan untuk tidak menahbiskan pria yang sudah menikah di wilayah Amazon. Sebelumnya, penahbisan para pria yang sudah menikah diusulkan sebagai cara mengatasi kekurangan imam Katolik di wilayah tersebut.
Para uskup mendukung langkah itu tahun lalu, tetapi keputusan itu membutuhkan persetujuan Paus untuk diimplementasikan. Selibat (hidup membujang) dipandang sebagai pengabdian hidup seseorang kepada Tuhan.
Pada Oktober tahun lalu, sebuah sinode dari 184 uskup bertemu di Vatikan untuk membahas masa depan Gereja di Amazon. Dikatakan bahwa pria tua yang sudah menikah harus diizinkan menjadi pendeta.
Namun, mereka haruslah laki-laki yang sangat dihormati dan lebih diutamakan berasal dari masyarakat adat tempat mereka ingin bekerja. Diperkirakan bahwa setidaknya 85 persen desa di Amazon tidak dapat merayakan Misa setiap minggu sebagai akibat dari kekurangan imam. Beberapa dikatakan hanya melihat seorang pendeta setahun sekali.
"Paus tidak serius dalam menangani ini. Dia bahkan tidak menyebutkan rekomendasi kemungkinan Diakon yang sudah menikah yang ditahbiskan sebagai imam, di mana itu adalah hal yang disarankan sinode." kata Uskup Robert Flock dari San Ignacio, sebuah keuskupan terpencil di Amazon Bolivia, dilansir dari laman BBC, Kamis (13/2).
"Gereja Katolik bergerak lambat di daerah-daerah tertentu dan ini adalah salah satu yang bisa menyebabkan perpecahan yang mengerikan di gereja," tambahnya.
Sebelumnya Paus Fransiskus mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkan kemungkinan viri probati (orang-orang yang telah menikah saat ditahbiskan sebagai Diakon/rohaniwan) menjalankan tugas.
"Kita harus memikirkan apakah viri probati merupakan kemungkinan," katanya.
Juga pada hari Rabu (12/2), Paus mengumumkan bahwa dia telah memutuskan untuk tidak mengizinkan wanita untuk melayani sebagai Diakon, pangkat di bawah imam. Secara terpisah ia menyerukan agar lingkungan di Amazon dipertahankan karena peran vitalnya dalam mitigasi pemanasan global.
"Kami menuntut diakhirinya penganiayaan dan penghancuran ibu pertiwi," kata Paus.
Para uskup mendukung langkah itu tahun lalu, tetapi keputusan itu membutuhkan persetujuan Paus untuk diimplementasikan. Selibat (hidup membujang) dipandang sebagai pengabdian hidup seseorang kepada Tuhan.
Pada Oktober tahun lalu, sebuah sinode dari 184 uskup bertemu di Vatikan untuk membahas masa depan Gereja di Amazon. Dikatakan bahwa pria tua yang sudah menikah harus diizinkan menjadi pendeta.
Namun, mereka haruslah laki-laki yang sangat dihormati dan lebih diutamakan berasal dari masyarakat adat tempat mereka ingin bekerja. Diperkirakan bahwa setidaknya 85 persen desa di Amazon tidak dapat merayakan Misa setiap minggu sebagai akibat dari kekurangan imam. Beberapa dikatakan hanya melihat seorang pendeta setahun sekali.
"Paus tidak serius dalam menangani ini. Dia bahkan tidak menyebutkan rekomendasi kemungkinan Diakon yang sudah menikah yang ditahbiskan sebagai imam, di mana itu adalah hal yang disarankan sinode." kata Uskup Robert Flock dari San Ignacio, sebuah keuskupan terpencil di Amazon Bolivia, dilansir dari laman BBC, Kamis (13/2).
"Gereja Katolik bergerak lambat di daerah-daerah tertentu dan ini adalah salah satu yang bisa menyebabkan perpecahan yang mengerikan di gereja," tambahnya.
Sebelumnya Paus Fransiskus mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkan kemungkinan viri probati (orang-orang yang telah menikah saat ditahbiskan sebagai Diakon/rohaniwan) menjalankan tugas.
"Kita harus memikirkan apakah viri probati merupakan kemungkinan," katanya.
Juga pada hari Rabu (12/2), Paus mengumumkan bahwa dia telah memutuskan untuk tidak mengizinkan wanita untuk melayani sebagai Diakon, pangkat di bawah imam. Secara terpisah ia menyerukan agar lingkungan di Amazon dipertahankan karena peran vitalnya dalam mitigasi pemanasan global.
"Kami menuntut diakhirinya penganiayaan dan penghancuran ibu pertiwi," kata Paus.
Tag: Paus Benediktus XVI, Fransiskus, Imam Amazon, Tahbis, Diakon
Sumber: akurat.co
0 komentar:
Posting Komentar