Situs Blog Berita, Ya Blogger Berita Indonesia.

Selasa, 21 Januari 2020

Masuk Tim Pemindahan Ibu Kota Indonesia, 5 Fakta Menarik Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed

Kolase foto Sheikh Mohammed bin Zayed | Fedsteep/Instagram
Proses pemindahan ibu kota Indonesia terus mengalami kemajuan. Belum lama ini pemerintah telah membentuk tim pemindahan ibu kota. Menariknya, tak hanya diisi warga negara Indonesia (WNI), ada 3 tokoh dunia yang masuk dalam tim ini sebagai dewan pengarah pembangunan. Mereka adalah Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed Bin Zayed, CEO SoftBank Corp Masayoshi Son, dan Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Tak ayal 3 sosok ini menuai perhatian.
Sheikh Mohammed Bin Zayed yang namanya biasa disingkat menjadi MBZ merupakan putra mahkota Abu Dhabi sekaligus adik Presiden UEA Khalifa bin Zayed al-Nahyan. Menariknya, meski bukan seorang presiden, pengaruhnya sangat besar di UEA sekaligus Timur Tengah dan dunia. Bahkan, sosoknya dianggap sebagai penguasa Arab terkuat versi New York Times di 2019. Namanya juga masuk dalam daftar '100 Orang Paling Berpengaruh 2019' versi majalah Time.
Dihimpun AKURAT.CO dari berbagai sumber, ini 5 fakta menarik Sheikh Mohammed Bin Zayed al-Nahyan.
1. Pernah jadi 'anak kos' di Maroko

Saat berusia 14 tahun, ayah MBZ sengaja mengirimnya sekolah di Maroko agar putranya punya pengalaman 'berjuang'. Terlebih lagi, nama belakang di paspornya diganti agar tak ada yang tahu ia adalah putra mahkota. Tak ayal, MBZ diperlakukan seperti orang biasa.
Mau tak mau, MBZ hidup sederhana di Maroko. Bahkan, ia harus bekerja selama beberapa bulan sebagai pelayan restoran. Segalanya ia lakukan sendiri seperti 'anak kos', termasuk menyiapkan makanan dan mencuci. Tak jarang ayah 9 anak ini merasa kesepian. Ia pun menceritakan pernah menyimpan semangkuk tabbouleh, salad khas Timur Tengah, dan memakannya sedikit demi sedikit sampai akhirnya bagian atasnya berjamur.
2. Terinspirasi sikap toleransi sang ayah

Sang ayah, Sheikh Zayed bin Sultan al-Nahyan, rupanya menjadi sumber inspirasi MBZ, terutama sikap toleransinya. Saat masih menjadi perwira muda pada 1980an, MBZ pernah berlibur ke Tanzania di Afrika timur. Sepulangnya ke Abu Dhabi, sang ayah memintanya menceritakan semua yang dilihatnya, termasuk alam liarnya, suku Masai dan budayanya, serta kemiskinan di negara tersebut. Sang ayah pun bertanya apa yang sudah dilakukan MBZ untuk menolong mereka. Namun, MBZ mengelak dengan alasan mereka bukan Muslim. Tak disangka sang ayah mencengkeram erat bahunya sambil melotot padanya. Ia pun menegaskan pada putranya kalau mereka semua juga merupakan anak-anak Tuhan.
Ayah MBZ yang wafat pada 2004 memang dikenal sebagai seorang pluralis. Ia bersikeras menghadirkan pendidikan untuk wanita yang pada saat itu tingkat buta huruf wanita mencapai hampir 100 persen. Presiden pertama UEA ini juga mengizinkan umat Kristen mendirikan gereja di Abu Dhabi. Pada akhir 1950, keluarga misionaris Amerika Serikat (AS) mendirikan rumah sakit di Kota Al Ain. Di sanalah MBZ dilahirkan dengan ditangani seorang doktor wanita asal AS.
3. Mengambil alih urusan kepresidenan

Putra mahkota Abu Dhabi ini didapuk sebagai penasihat khusus presiden UEA sekaligus kakaknya sendiri, Khalifa bin Zayed al-Nahyan. Namun, karena kondisi kesehatan Khalifa kurang baik, MBZ banyak membantu menangani urusan kepresidenan. Tak jarang ia kerap dianggap sebagai pemimpin de facto UEA. Pada 2019, New York Times menobatkannya sebagai pemimpin Arab paling kuat. Tak sampai di situ, pada 2020 media ini juga menyebutnya sebagai salah satu pria paling berkuasa di bumi. Namanya juga masuk sebagai '100 Orang Paling Berpengaruh' 2019 versi Time.
4. Mempromosikan toleransi

Sama seperti ayahnya yang seorang pluralis, MBZ berusaha menghadirkan wajah UEA sebagai negara Islam yang toleran. Ia pernah mengunjungi Paus Fransiskus pada 2016 dan menyambut kedatangan Paus Fransiskus di UEA pada 2019. Momen itu pun menjadi pertama kalinya seorang paus berkunjung ke Semenanjung Arab.
Selain itu, MBZ juga berkeliling dunia mempromosikan tema UEA untuk tahun 2019, yaitu Tahun Toleransi. Pria 58 tahun ini juga aktif terlibat melawan ekstremisme kekerasan melalui diskusi dengan otoritas India, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, dan para pemimpin lainya.
5. Masuk tim pemindahan ibu kota Indonesia tanpa digaji

MBZ telah ditetapkan sebagai ketua Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru Indonesia. Selain MBZ, posisi dewan pengarah juga diisi CEO Softbank Corp Masayoshi Son dan Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Mereka pun akan berperan memberi masukan dan nasihat, mempromosikan, serta membangun kepercayaan investor global agar mau berinvestasi di Indonesia. Lucunya, para tokoh dunia itu tak akan mendapat gaji pemerintah Indonesia. Presiden Joko Widodo sendiri mengaku tak kuat jika harus menggaji mereka yang kaya raya tersebut.
Semoga masuknya nama Mohammed bin Zayed dalam tim pemindahan ibu kota bisa membawa dampak positif bagi hubungan Indonesia dan Uni Emirat Arab.
Sumber: akurat.co
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Blog Archive