Warga Maluku, dan semua orang Indonesia pada umumnya, merasa bahwa kerusuhan SARA yang terjadi di Ambon dan kota lain di Maluku pada sekitar tahun 1999 silam adalah sebuah kebutaan naluri berwarganegara atas emosi yang dipendam oleh manusia. Ini adalah aib yang sangat memalukan bangsa ini.
Ambon yang dulu dikenal sangat damai, ternyata sangat mudah dipecah belah dan dicabik-cabik dengan isu SARA murahan manusia. Toleransi hilang, saat itu lenyap. Ribuan nyawa melayang, hilang sia-sia.
Syukurnya bahwa ada kesadaran yang tersisa, tentang hidup yang damai seperti masa lalu, itu lebih baik. Meski, momen itu ditemukan tak sebentar. Butuh bertahun-tahun lamanya. Dari segelintir orang, akhirnya merambat sedikit demi sedikit, dan semuanya akhirnya berjuang untuk Ambon bisa tampil manis kembali.
Mulai pulihnya sedikit demi sedikit wajah Ambon yang hancur dulu, direspon Pemerintah Indonesia dengan membangun sebuah monumen gong raksasa yang diberi nama ‘Gong Perdamaian Dunia’. Monumen ini sengaja dibangun di atas pusat kegiatan Kota Ambon yang dulu luluh lantak karena kerusuhan saat itu, tempatnya ada di dalam Taman Pelita. Diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 November 2009, atau 10 tahun setelah Ambon bergemuruh.
Ini menjadi pengingat untuk semua orang bahwa bertikai dan berselisih antara sesama saudara adalah hal yang memalukan. Sebenarnya, gong dengan bentuk dan jenis seperti ini sudah ada banyak di dunia, yang juga menyimbolkan hal serupa. Di Ambon ini adalah yang ke-35.
Gong ini berdiameter sekitar 2 meter, dengan permukaan yang bergambar bendera-bendera negara di seluruh dunia dengan bendera Indonesia ditampilkan agak sedikit mencolok. Pada bagian tengahnya, ada lambang agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik, dan Konghuchu.
Untuk bisa mencapai gong yang menandakan bawa Ambon pernah tercoreng karena rasa berbeda soal agama ini, kamu harus sedikit berjalan mendaki menaiki beberapa anak tangga yang dipasangkan pada empat penjurunya.
Kamu bisa berfoto-foto di sana. Tapi ingat, kamu tentu tak cukup hanya dengan berfoto-foto saja. Tapi, rekamlah dan tanamkanlah di hati dan pikiranmu bahwa, menghargai sesama, saling toleransi dan melihat perbedaan sebagai sesuatu yang indah, wajib kamu pegang.
Karena, gambar Pancasila yang menjadi dasar penunggang gong ini mengajarkan kita semua anak bangsa, bahwa negeri yang sangat kaya dan indah ini adalah milik kita bersama. Jagalah dan rawatlah kebhinekaan ini, hari ini, sampai nanti.
Ambon sudah menjadi pelajaran betapa nyawa manusia tidak berharga karena berbeda agama, suku dan ras. Kita semuanya tentu sepakat jika tak boleh hal ini terulang kembali di manapun, disekujur tubuh Nusantara ini.[]
Sumber: akurat.co
0 komentar:
Posting Komentar