Zaki Mubarak mengatakan hal tersebut lantaran kepolisian yang melakukan penangkapan terhadap Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith terkait pembuatan bom molotov untuk membuat rusuh aksi unjuk rasa Mujahid 212 pada Sabtu (28/9/2019).
Pengamat terorirs tersebut menjelaskan bahwa bila paham itu berhasil merasuki mahasiswa, biasanya, mereka akan dikirim ke Suriah untuk jihad. Bahkan, para mahasiwa itu akan diminta bergabung dengan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).
"Fenomena dosen yang terlibat extremisme menjadi alarming atau peringatan serius. Kalo dosennya seperti itu, ada kemungkinan ideologi itu juga ditransmisikan di kalangan mahasiswanya," kata Zaki saat dihubungi, Kamis (3/10/2019).
Zaki menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi hal tersebut aparat kepolisian perlu melakukan sosialisasi. Bahkan, melakukan penindakan bila ada indikasi penyebaran paham extrimisme.
Ia melanjutkan, tak hanya kepolisian, pencegahan itu juga harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Utamanya, pihak universitas dan sekolah.
"Kita harapkan perguruan tinggi meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pencegahan berkembanganya ekstrimisme di kalangan tenaga pengajar," jelas Zaki.
Diketahui, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menyebut tersangka berinisial AB memiliki peran sentral dalam aksi demonstrasi Mujahid 212 yang direcanakan berujung anarkis.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan bahwa dari hasil pemeriksaan sementara, Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) itu disebut menjadi otak dibalik kerusuhan.
"AB mengendalikan orang-orang yang direkrutnya untuk melakukan tindakan-tindakan anarkis baik penyerangan, perusakan maupun pelemparan bom-bom yang sudah dipersiapkan," kata Dedi, di Gedung Divhumas Mabes Polri, Jakarta, Rabu (3/10/2019).
Tag: Mujahid 212, Ekstrimisme, ISIS, Zaki Mubarak
Sumber: akurat.co
0 komentar:
Posting Komentar