![]() |
Ada lebih dari 900 kasus COVID-19 yang sudah dikonfirmasi di London. Karena lonjakan ini, badan sistem transportasi London pun memutuskan untuk membatasi jaringan Underground serta menutup hingga 40 stasiun bawah tanah | BBC
Menurut data terkini dari Worldometer, jumlah kasus infeksi COVID-19 di Inggris sudah mencapai 2.626 pasien. Makin meroket, jumlah kasus kematian di Inggris juga diketahui sudah menyentuh angka104 orang.
Karena penyebaran infeksi COVID-19 yang makin mengganas ini, Inggris terus memberikan kebijakan untuk pengendalian penyebaran, tidak terkecuali membatasi layanan transpotasi. Baru-baru ini pun, kota utama Inggris, London telah menetapkan aturan pengendalian anyar dengan cara menutup puluhan stasiun bawah tanahnya. Dilansir dari BBC pada Kamis (19/3), stasiun bawah tanah yang akan ditutup oleh badan sistem transpotasi London, Transport for London (TfL), diketahui berjumlah hingga 40 titik. Untuk memulai rencananya ini, TfL bahkan dilaporkan sudah menutup sebagian jaringan London Underground pada Kamis pagi hari ini. Tidak hanya itu, untuk Kamis malam ini, TfL juga diketahui sudah melarang adanya layanan Tube serta mengurangi jaringan untuk transpotasi bus. Keputusan untuk membatasi transpotasi ini diambil tidak lama setelah Perdana Menteri (PM) Boris Johnson mengatakan bahwa SARS-CoV-2 telah menyebar lebih cepat di London daripada bagian lain di Inggris. Pasalnya, berdasarkan data terbaru dari pemerintahan, London dilaporkan telah memiliki lebih dari 900 kasus yang dikonfirmasi dari virus corona. Dari ratusan kasus tersebut, 34 orang di London telah dikonfirmasi meninggal akibat COVID-19. Sebelumnya, Johnson juga telah mendesak warganya untuk bekerja dari rumah dan menghindari berbagai tempat publik seperti bar, pub, hingga restoran. Karena imbauan ini, jumlah penumpang di jaringan London Underground mendadak berkurang drastis. Hingga kini, sembilan stasiun dilaporkan telah ditutup. Sementara, pada hari Jumat (20/3), jalur Waterloo dan City juga akan menyusul penguncian.
Sedangkan, pada Senin pekan depan, TfL menjelaskan bahwa pihaknya akan mulai secara bertahap mengurangi bagian lain dari jaringan, termasuk di antaranya London Overground, TfL Rail, DLR hingga jaringan Tram di London selatan.
Meski membatasi jaringan Underground, TfL menambahkan bahwa pemerintah akan mengganti biaya kemacetan kepada para petugas Layanan Kesehatan Nasional (NHS) serta pasien yang dinilai paling terkena dampak atas kebijakan anyar ini. "Beberapa staf NHS sudah memenuhi syarat untuk (menerima) biaya ganti dari kemacetan dengan syarat tertentu. Pasien yang secara klinis dinilai terlalu sakit untuk bepergian dengan transportasi umum (juga) berhak mendapatkan ganti rugi dari biaya kemacetan serta ULEZ (Ultra Low Emission Zone atau skema biaya polusi)," ucap juru bicara TfL. Mendukung langkah TfL, Wali Kota London Sadiq Khan, juga turut mengimbau agar warganya tidak bepergian kecuali jika itu sangat penting. "Warga London harus menghindari interaksi sosial kecuali benar-benar diperlukan, dan itu berarti mereka harus menghindari menggunakan jaringan transportasi kecuali benar-benar diperlukan. London akan melewati masa-masa yang sangat menantang ini, dan akan menjadi hal penting untuk memastikan para pekerja yang sangat membutuhkan dapat tetap bisa bergerak di ibu kota," ucap Khan "Kami berutang kepada mereka untuk melakukan apa pun yang yang kami bisa dan membantu mereka melakukan pekerjaan mereka secara efektif," tambahnya.
Tag: COVID-19, WHO, SARS-CoV-2, Inggris, Sadiq Khan, London, Boris Johnson
Sumber: akurat.com
|
0 komentar:
Posting Komentar