Polisi anti huru hara Turki terlihat mendorong para pengunjuk rasa wanita saat demonstrasi untuk memperingati Hari Perempuan Internasional di Istanbul | SCMP
|
Memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada Sabtu (8/3) kemarin, ratusan ribu wanita dari segala penjuru dunia berbondong-bondong turun ke jalan menyuarakan hak hingga tuntutan mereka. Namun, aksi peringatan Hari Perempuan Sedunia tahun ini tidak berjalan mulus.
Dalam laporannya, South China Morning Post pada Senin (9/3) menuliskan bagaimana banyak aksi di Asia yang terpaksa dibatalkan lantaran wabah virus corona baru atau COVOD-19. Tidak hanya 'dijegal' virus, aksi yang terjadi di beberapa negara, khususnya Eropa serta beberapa negara di Asia, juga diwarnai dengan bentrokan.
Aksi di Pakistan misalnya, para demonstran wanita justru dilaporkan telah diserang oleh pihak-pihak oposisi. Menurut laporan Gulf News pada Senin (9/3), beberapa wanita yang beraksi di Islamabad, Pakistan, telah diserang oleh massa kontra-demonstran dengan batu hingga tongkat.
Atas insiden tersebut, beberapa pengunjuk rasa dilaporkan terluka hingga memaksa massa untuk mencari perlindungan dari pihak kepolisian.
Meski terjadi kericuhan, di Pakistan, para wanita dilaporkan berhasil melakukan unjuk rasa di kota-kota di seluruh penjuru negeri. Meskipun dalam hal ini, aksi massa harus dibayang-bayangi oleh petisi penolakan yang telah diajukan di pengadilan oleh pihak oposisi.
Pihak oposisi konservatif Pakistan diketahui makin mencoba untuk menutup akses aksi Hari Perempuan Sedunia setelah pawai tahun lalu, para demonstran membuat kontroversi dengan mengusung tema 'Tubuhku, Pilihanku'.
Di Turki, massa dibubarkan dengan menggunakan gas air mata oleh para polisi. Haaretz pada Minggu (8/3) menuliskan bagaimana dengan semprotan gas air mata hingga membentuk blokade, polisi Turki memaksa para demonstran untuk tidak memasuki jalan Istiklal, jalan utama di distrik Istanbul.
Sementara di Paris, Prancis, Politico pada Senin (9/3) melaporkan bagaimana puluhan ribu wanita berbaris sembari menyerukan perlawanan terhadap 'virus patriarki'. Beberapa aktivis juga tampak mengusung tingginya kasus pembunuhan suami terhadap istri.
Lagi-lagi, aksi demonstrasi di Paris juga berujung bentrokan hingga penahanan sejumlah pengunjuk rasa oleh pihak kepolisian.
Aksi Hari Perempuan di Kirgizstan juga berubah menjadi kekerasan ketika polisi menahan puluhan pengunjuk rasa, terutama wanita, setelah sekelompok pria dengan penutup wajah menyerang dan merobek plakat mereka di ibu kota Bishkek. Dalam laporannya, The Guardian pada Minggu (8/3) menuliskan bahwa puluhan pengunjuk rasa harus ditahan dengan alasan keselamatan serta karena polisi mengklaim belum ada pemberitahuan tentang aksi.
Dari semua aksi peringatan Hari Perempuan, massa di Chili yang bisa dibilang paling mendapatkan sorotan. Pasalnya, jumlah massa aksi dilaporkan mencapai sedikitnya 125 ribu orang di Santiago, dan hampir 35 ribu warga di kota-kota lainnya.
Tidak hanya massif, unjuk rasa juga berujung sangat ricuh di mana bentrokan pecah setelah polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk mencegah beberapa pengunjuk rasa menuju istana presiden.
Saat itu, para demonstran wanita diketahui tengah menyuarakan hak-hak aborsi, persamaan gender, hingga perlawanan terkait dengan kekerasan terhadap perempuan.
Sumber: akurat.co
0 komentar:
Posting Komentar