Salah satu profesor sekaligus Kepala Agensi Sains, Teknologi dan Penelitian Singapura 'A-Star', Jackie Ying, baru-baru ini berhasil membetot perhatian dunia internasional.
Bagaimana tidak, di tengah penyebaran COVID-19 yang makin brutal ini, Ying dan timnya dilaporkan sukses menciptakan alat Tes Diagnostik Cepat (RDT) dengan kemampuan deteksi hanya mencapai sekitar 5 menit saja.
Dengan kemampuan luar biasa tersebut, perangkat RDT ciptaan Ying ini digadang-gadang akan menjadi alat pendeteksi COVID-19 paling cepat di dunia.
Namun, seperti dilansir dari Straits Times pada Rabu (25/3), alat pendeteksi COVID-19 ciptaan Ying ini rupanya masih belum bisa diproduksi secara massal lantaran belum mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang setempat.
Karena hal itulah, Ying dan timnya mengaku sangat berharap agar mereka bisa segera menyerahkan hasil tes alat dan memperoleh persetujuan dalam waktu satu bulan ke depan.
Sementara, RDT versi Ying ini diketahui mampu mendeteksi bahan genetik virus COVID-19 melalui sekresi pasien. Alih-alih mengambil sampel darah, alat Ying ini nantinya hanya memerlukan sampel sekresi pasien yang dikumpulkan dari swab tenggorokan.
Setelah itu, sampel sekresi yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam semacam perangkat portabel yang akan memberikan hasil hanya dalam waktu sekitar 5-10 menit. Karena metode amplifikasi kilat inilah, RDT milik Yin lantas diberi nama 'Cepat.'
Meski jauh lebih cepat dari biasanya, Ying mengklaim bahwa alat pendeteksinya sudah teruji sangat akurat untuk mengetahui orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2.
"Kami telah melakukan beberapa validasi klinis awal di Rumah Sakit Wanita dan Anak-anak KK menggunakan sampel pasien yang nyata, dan menemukan tes itu sangat sensitif dan akurat," ucap Ying.
Ying kemudian menambahkan bahwa jika nantinya disetujui, maka teknologi buatannya tersebut bisa mulai digunakan di berbagai rumah sakit hingga klinik dokter umum.
Sementara, dalam prosesnya, Ying dan timnya mengaku bahwa pengembangan 'Cepat' bermula ketika Kepala Eksekutif A-Star, Frederick Chew memberi mereka tantangan membuat tes cepat untuk COVID-19. Sejak itulah, selama sekitar 6 minggu, Ying dan timnya berupaya keras untuk mengabulkan permintaan Chew.
Setelah berminggu-minggu berjuang, alat pendeteksi Ying ini pun akhirnnya sukses mengalahkan tes RDT standar yang biasanya memakan waktu sekitar dua hingga tiga jam untuk menunjukkan hasil.
Dalam keterangannya, Ying lantas membanggakan bagaimana 'Cepat' mampu mengalahkan durasi 'mesin fotokopi molekuler' RDT pada umumnya, bahkan hanya dalam waktu satu menit saja.
"Mesin fotokopi molekuler menguatkan materi genetik virus untuk memudahkan deteksi. Namun, menggunakan enzim yang dikembangkan tim, Cepat dapat 'memfotokopi' DNA / RNA virus dalam satu menit," lanjut Ying.
Jika nantinya segala keunggulan 'Cepat' akhirnya bisa diterima hingga disetujui pihak terkait, bisa jadi alat pendeteksi ciptaan Ying ini nantinya bisa diproduksi secara global.
Sumber: akurat.co
0 komentar:
Posting Komentar