Situs Blog Berita, Ya Blogger Berita Indonesia.

Rabu, 04 Desember 2019

Polisi Sibuk Urus Demo, Tingkat Penanganan Kejahatan Hong Kong Merosot

Demonstran antipemerintah berjalan di jalan yang dipenuhi batu bata di dekat sebuah universitas di Hong Kong, Cina, Sabtu (16/11/2019). Para demonstran antipemerintah memblokir jalanan dengan batu bata sebagai bentuk protes mereka terhadap pemerintah. | REUTERS/Adnan Abidi
Tingkat penanganan kejahatan di Hong Kong menyentuh angka terendah dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan data, angkanya merosot dari 43,5 persen menjadi 37 persen pada periode Januari hingga Oktober.
Ini adalah kedua kalinya angka penanganan kejahatan di Hong Kong turun hingga di bawah 40 persen. Hal serupa pernah terjadi pada tahun 2002 di mana angkanya menyentuh 39,2 persen.
Selain angka penanganan, angka pelaporan kejahatan pada periode Januari-Oktober juga mengalami penurunan sebesar 0,7 persen menjadi 45.334 laporan. Sementara itu, angka kejahatan kekerasan turun 4,4 persen menjadi 7.219 kasus.
Sumber-sumber kepolisian mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh pengalihan sumber daya kepolisian untuk penanganan demonstrasi. Selain itu banyaknya kejahatan yang dilakukan oleh tersangka bertopeng juga menambah angka kejahatan yang sulit untuk dipecahkan.
"Setiap orang di Hong Kong memiliki harga yang harus dibayar untuk protes anti-pemerintah yang terus menerus dan keras karena mereka melahirkan banyak kejahatan lainnya," kata seorang sumber kepolisian dilansir dari laman SCMP, Kamis (5/12).
Meski angka kejahatan kekerasan dinyatakan turun, kejahatan seperti perampokan, pembakaran, dan vandalisme terus meningkat.
Hanya dalam waktu satu bulan, dari 6 Oktober hingga 5 November, total ada 520 bangunan, seperti stasiun kereta api, bank, toko, dan gedung pemerintah, dirusak 667 kali.
Kasus-kasus pembakaran meningkat 90,5 persen menjadi 461 dalam 10 bulan pertama tahun ini, dengan sekitar sepertiganya berkaitan dengan demonstrasi. Tindak perusakan naik 35,5 persen menjadi 5.491 kasus, dengan seperlima terkait dengan demonstrasi. Pelanggaran terhadap ketertiban umum, termasuk kerusuhan naik 20 kali lipat menjadi 438 kasus.
REUTERS/Adnan Abidi
Seorang pakar kriminal senior mengatakan banyak detektif yang dialihkan selama periode demonstrasi. Para pelaku kejahatan mengenakan topeng dan membuat mereka sulit diidentifikasi sehingga berujung pada lambatnya penanganan kasus.
“Kami harus melihat banyak rekaman CCTV. Ambil kasus pembakaran sebagai contoh, kita membutuhkan ahli kimia pemerintah untuk memberi kita petunjuk tentang tersangka dan bukti. Itu semua butuh waktu," kata sosok yang tidak disebutkan namanya itu.
Apa yang juga membuat pekerjaan polisi menjadi sulit adalah bahwa anggota masyarakat telah membantu para pelaku kejahatan untuk melarikan diri.
“Situasi saat ini berbeda dari masa lalu, dahulu orang akan membantu kita menghentikan kejahatan jalanan seperti perkelahian. Sekarang, orang membantu tersangka melarikan diri dan bahkan menyerang mereka yang mencoba mengambil gambar. Ini semacam pelanggaran hukum."
“Lebih sedikit memukul petugas patroli di jalan berarti lebih sedikit peluang menangkap tersangka di tempat. Namun, kami berusaha sebaik mungkin untuk membawa penjahat ke pengadilan," tambah pihak kepolisian.
Data juga menunjukkan laporan pencurian naik 31,7 persen menjadi 1.690 dalam 10 bulan pertama tahun ini. Meskipun jumlah total laporan perampokan turun 8,5 persen menjadi 119, ada kecenderungan meningkat sejak Juli. Pada bulan Oktober, polisi mencatat 28 perampokan, atau hampir satu perampokan per hari.
Biro Keamanan memberi tahu Dewan Legislatif pada hari Rabu bahwa pada 28 November, polisi telah menangkap 5.889 orang dengan usia termuda 11 tahun. Di antara mereka, 902 atau 15,4 persen adalah anak di bawah umur, dan 102 telah didakwa.
Hampir dua pertiga dari total, atau 4.343, adalah orang dewasa muda berusia 18 hingga 30 tahun. Dari total 921 yang dituntut, 362 orang atau 39 persen mengaku sebagai pelajar.
Sumber: akurat.co
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Blog Archive